Bromo...
pesonamu menyentuh urat-urat syarafku
pasir dinginmu lembut memijit lelah kakiku
masih adakah secuil hati yang kutitipkan di sana
dulu.. saat kau memanggilku dari puncak
ketika aku menyerah di titian tanggamu
dan kau menyambutku dengan sentuhan belerang hangat
di hatiku
Bromo...
masihkah engkau lindungi hatiku dari angkuhnya
egoku
hati yang kutitipkan pada damai di antara
tebing-tebing kokoh dan lautan pasirmu
yang kuharap menguncupkan semangat-semangat baru
yang kini banyak luntur di persimpangan harap manusia
Bromo...
kini betapa aku merindukanmu
ingin kuletakkan satu hati lagi di rona pesonamu
biarlah hati itu menemani hatiku di latar
ketenanganmu
bersama deru angin selatan di hari menyambut pagi
(Sidoarjo, November 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar